Serang,siji.or.id — Di tengah semaraknya aktivitas masyarakat di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) setiap akhir pekan, ada satu pemandangan yang seharusnya menjadi kebanggaan namun kini berubah menjadi kekhawatiran: sarana bermain anak yang sudah lapuk dan nyaris tak terawat.
Setiap Minggu pagi dan sore, kawasan ini menjadi titik kumpul warga dari berbagai daerah. Ada yang berolahraga, jalan santai, berkumpul bersama keluarga, hingga mengajak anak bermain. Namun, di sudut area yang menjadi tempat bermain anak-anak, besi-besi mulai berkarat, cat mengelupas, papan pijakan keropos, dan beberapa bagian bergoyang saat digunakan.
“Kalau dilihat, memang sudah tidak layak lagi. Khawatir kalau anak jatuh atau terluka. Kami cuma ingin anak-anak bisa bermain dengan aman,” ujar Yani (34), salah satu orang tua siswa yang sedang menemani anaknya bermain.
Fasilitas bermain ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga bagian penting dari tumbuh kembang anak, termasuk bagi siswa-siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Terpadu Al Bantani yang berlokasi di Masjid Al Bantani, Jl. Syekh Nawawi Al Bantani, RT 07/03, KP3B, Desa Sukajaya, Kecamatan Curug, Kota Serang.
Para orang tua berharap Himpaudi Provinsi Banten dan pihak terkait segera turun tangan. Pasalnya, PAUD, kelompok bermain, taman kanak-kanak, hingga taman penitipan anak di wilayah ini turut memanfaatkan area tersebut sebagai ruang bermain luar. Kondisi yang memprihatinkan ini tidak hanya mengurangi kenyamanan, tetapi juga mengancam keselamatan buah hati mereka.
“Kami paham, mungkin ada keterbatasan anggaran atau prioritas lain. Tapi ini soal keselamatan anak. Harusnya jadi perhatian utama,” kata Sari (29), orang tua lainnya.
Himpaudi sebagai wadah perjuangan dan aspirasi pendidik PAUD di Banten diharapkan tidak menutup mata. Fasilitas bermain yang aman adalah hak anak, sekaligus investasi jangka panjang bagi generasi penerus. Sebab, masa kanak-kanak adalah waktu emas yang tidak bisa diulang, di mana kebahagiaan, rasa aman, dan kenyamanan akan membentuk memori positif hingga dewasa kelak.
Kini, bola berada di tangan para pemangku kebijakan. Warga berharap, tidak perlu menunggu ada korban luka baru dilakukan perbaikan. Anak-anak di KP3B pantas mendapatkan ruang bermain yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga aman dipakai.(SIJI)
0 Komentar